Ladies of Flower
Aku berjalan santai setelah
pulang sekolah, tiba-tiba aku mendengar suara motor yang mendekat dari arah
belakang. Aku menoleh dan melihat sosok seorang cowok yang berharap tidak aku
temui sekarang.
“Adia, ayo aku anterin pulang!”
Aku hanya menaikkan satu
alis mata dan menatap teman sekolahku yang bernama Gio ini dengan heran.
“Kamu, kenapa? Kok ekspresi
mukanya gitu?” Tanya Gio kembali.
Aku menggeleng-geleng kepala
dan meneruskan berjalan, Gio yang kebingunganpun mengikutiku dengan mendorong
motornya.
“Kenapa sih? Kamu marah sama
aku gara-gara tadi di sekolah aku umpetin tas kamu. Maaf deh, aku bercanda,”
katanya memohon, sedangkan ekspresiku hanya cuek dan terus berjalan. Hanya orang bodoh deh yang nggak marah liat
kelakuan kamu Gio, kenapa sih kamu gak tobat-tobat ngusilin aku dan yang lebih
parahnya lagi dia sahabatku.
“Ayo dong aku anterin
pulang, please!”
Lalu aku berhenti dan
menatap tajam kearah Gio, Gio yang ditatap begitu masih bisa nyengir pasrah
aja.
“Denger ya Gio, kamu gak
perlu repot-repot nganterin aku,”
“Loh kenapa, Dia?”
Dengan tampang lesu aku
menjawab, “Aku dah sampai di rumah, kamu gak liat di belakang ini Rumahku,”
Aduh salah apa aku ya Allah punya temen segila Gio, benar-benar butuh
kesabaran extra buat ngadepin dia.
“Oh udah nyampe ya? Kok gak
bilang sih ini rumah kamu?”
“Gak bilang? Kamu udah ke
rumahku lebih dari 20 kali ya,”
“Ah kamu bercanda aja sih,
hehehe udah ya aku pulang dulu, maaf gak mampir lain kali aja ya aku mampir,”
katanya sambil menghidupkan mesin motornya.
Pertama, yang bercanda itu kamu, kedua, aku gak pernah nyuruh kamu
mampir (jadi jangan geer), ketiga, ya emang kamu harus pulang, rumahmu kan cuma
disebelah rumahku.
Aku masih menatap Gio yang mulai memasuki gerbang rumahnya, ia
melambai-lambaikan tangan padaku dan tersenyum jahil.
Hari ini capek banget, tugas
dari guru yang nggak kira-kira, ditambah kelakuan Gio yang tambah bikin aku kesal.
Aku lalu pergi menuju dapur dan meneguk dua gelas air dingin dari kulkas. Lebih
baik aku tidur siang dulu, dan menenangkan diri di Taman Severy.
Aku berjalan kurang lebih
lima menit ke Taman Severy, aku sendiri yang menamai taman ini. Aku
suka berada di Taman ini, banyak sekali bunga-bunga disini, apalagi danau Green,
keren bukan namanya, aku suka sekali memberikan nama terhadap sesuatu yang aku
sukai.
Sekarang aku sudah sampai di
Taman Severy, benar-benar tempat yang menentramkan. Semua bunga disini sedang
bermekaran dengan indahnya seolah sedang mengadakan perlombaan ratu kecantikan.
Aku duduk di bawah pohon besar yang sangat teduh di kelilingi bunga-bunga dan
menghadap danau. Aku selalu merasa di dunia berbeda jika berada disini, aku
bagaikan seorang Ratu pemilik istana indah yang tiada tandingannya. Tak seorang
pun tahu, bahwa aku sangat hobi mengkhayal. Membayangkan diriku berada dalam
suatu istana yang sangat megah dan gaun indah serta dayang-dayang yang selalu
menuruti keinginanku.
Hmm.. bau apa ini, wangi
sekali. Aku mencoba mengendus-endus darimana asal aroma wangi ini. Sungguh
wanginya sangat menentramkan, aku lalu menutup mataku dan merasakan aroma yang
seakan membelai tubuhku. Saat aku perlahan kembali membuka mataku, aku melihat
pemandangan aneh, berdiri puluhan prajurit yang lengkap dengan senjatanya. Para
prajurit itu berbentuk seperti rumput liar, namun mempunyai tangan dan kaki
serta wajah dengan kedua mata, mulut, hidung, mereka juga memakai seragam
berwarna hijau tua. Saat menyadari keadaanku yang terjebak,
“Akh……” teriakku dengan
reflex. Seseorang maju dan mengayunkan tangan kanannya kearah atas dan bawah
sebanyak 3 kali, lalu sesuatu bergerak dari dalam tanah dan mengunci kaki serta
tanganku, akar-akar itu melilit kaki dan tanganku dengan erat.
“Siapa Kamu?” kata salah
satu prajurit yang berada paling dekat denganku, dibahunya terdapat tanda
bintang berjumlah 3 buah, aku rasa dia adalah komandan dari para prajurit
karena yang lainnya tidak memiliki tanda seperti itu di seragam prajurit
mereka.
“Kalian ini makhluk apa?
Rumput bisa berbicara? Ini tidak mungkin aku pasti bermimpi, yah betul aku
sedang mengkhayal. “Akhhhhh……” aku kembali berteriak karena aku benar-benar
bingung melihat keadaanku saat ini.
“Prajurit, tutup mulutnya
dan bawa ke istana!”
“Baik komandan,” lalu salah
seorang prajurit itu maju dan menutup mulutku dengan daun panjang yang
dililitkan. Aku mencoba meronta, ia lalu mengeluarkan sebuah botol kecil dan
membukanya, aroma yang tajam langsung menusuk hidungku, dan membuatku
mengantuk, sangat mengantuk, dan…
Aku tak tau apa yang terjadi
setelah itu, namun saat aku sadar aku melihat jumlah prajurit yang lebih banyak
mengelilingiku dengan sikap waspada. Aku menjadi semakin ketakutan berada
disana.
“Putri-putri akan memasuki
ruang ini,” terdengar teriakan dari arah samping, semua prajurit membentuk
barisan yang memanjang kebelakang, aku mencoba duduk dan melihat keadaan
sekitarku. Pintu gerbang yang besar itu tiba-tiba terbuka, aku kembali
dikagetkan melihat makhluk-makhluk yang masuk ke ruangan ini, mereka.. mereka..
itu bunga, dengan menggunakan gaun yang sangat indah menurutku, rambut mereka
yang berbentuk kelopak bunga memancarkan sesuatu kekuatan kebijaksanaan. Semua
prajurit menunduk saat melihat kedatangan mereka.
Aku memandangi mereka dengan
tatapan tak percaya, mimpi apa aku semalam sampai berada di tempat aneh seperti
ini. Mereka duduk di sebuah kursi kebesaran istana, komandan prajurit itu maju
dan mengatakan sesuatu kepada para putri.
“Siapa namamu?” Tanya seorang
putri yang rambutnya berbentuk kelopak mawar.
“Mmm..nn….” kataku mencoba
berbicara.
“Buka ikatan mulutnya,” kata
komandan tersebut. Seseorang membukakan ikatan dimulutku.
“Akhhhh……” teriakku lagi.
“Serba salah,” kata komandan
itu menggelengkan kepala dengan putus asa.
“Bisakah kau tenang?” Tanya
salah seorang putri yang rambutnya berbentuk kelopak Melati.
Akupun mencoba menenagkan
diriku yang benar-benar takut akan keadaan ini.
“Siapa namamu?” Tanya si
Putri yang pertama.
“Aku Adia, sebenarnya kalian
semua ini makhluk apa? Kenapa aku berada disini,” tanyaku yang ketakutan dan
hampir menangis.
“Kamu pasti makhluk yang bernama manusia, ini
adalah Istana Florecia. Aku Putri pertama, namaku Lady Rose, sedangkan di
sebelahku ini Lady Orchid, Lady Jasmine, Lady Lily, Lady Lotus, dan yang paling
kecil itu Lady Cherry.”
Lady Rose terlihat sangat
menawan dan paling bijaksana, gaunnya berwarna merah dan berkilau dengan indah.
Lady Orchid mengenakan gaun berwarna ungu, senada dengan kelopaknya, ia
memandangku dengan tatapan datar dan tanpa ekspresi. Sedangkan Lady Jasmine mengenakan
gaun berwarna putih, ia terlihat paling manis diantara yang lain. Sedangkan
gaun yang dikenakan Lady Lily berwarna oren, berkilau-kilau menambah keindahan
kelopaknya yang juga berwarna senada. Lady Lotus mengenakan gaun hijau dengan
kelopak berwarna merah muda, terlihat lebih imut karena ia sedikit lebih gemuk
dibandingkan dengan yang lain, dan yang terakhir Lady Cherry, gaun merah muda
yang ia kenakan terlihat elegan dengan kelopaknya yang kecil namun sangat
banyak, dan menjuntai sampai ke pinggangnya.
“Ku pikir saat Ramosha
meniupkan Aroma Illusi, gadis ini sedang berada disekitar taman, dan tak
sengaja menghirup aroma dan terbawa ke dunia kita.” Kata Lady Jasmine.
“Ya aku setuju, pasti itu
yang terjadi,” jawab Lady Lotus.
Lady Orchid bangkit dari
kursinya dan berjalan kearahku, tatapannya tajam menghujam mataku. Ia lalu
memegang daguku, dan berujar,”Bisakah kau menutup mulutmu bahwa kau telah
berada di tempat ini, kalau tidak kami terpaksa membunuhmu,”
Deg..deg… jantungku serasa berhenti mendengar
perkataannya. Aku tak bisa berbuat apa-apa, yang aku lakukan hanya mengangguk
perlahan dengan muka pucat.
“Sudahlah Orchid, jangan
menakut-nakuti dia, aku rasa dia takkan pernah mengatakannya yah kalau dia mau
dianggap gila, aku tidak menyalahkan.” Terdengar Lady Lotus menyahut dari
tempat duduknya.
“Tenanglah, kita akan
memutuskan apa yang akan kita lakukan kepada manusia dihadapan kita ini.” Kata Lady
Rose.
Ia berdiri dan menuju
kearahku, saat ia semakin dekat ikatan tanganku terbuka perlahan. Tiba-tiba
saja tubuhnya ambruk didepan mataku, dengan reflex aku menangkapnya sebelum
meyentuh lantai.
“ROSE!!” para Lady bangkit
dan berlari menghampirinya. Prajuritpun segera mengelilingi Lady Rose, mereka
semua panik dan terlihat sangat sedih.
Lady Rose segera diangkat
dan dibawa melewati gerbang besar.
Aku mendengar sedikit
bisikan dari para dayang-dayang yang terlihat panik, “Sepertinya Lady Rose
sudah semakin parah, bagaimana ini dengan kelangsungan istana ini?”
“Iya, aku juga khawatir,”
Aku diam dan merasa
kebingungan terhadap semua kejadian ini. Aku masih ingat menatap wajah Lady
Rose yang kelihatan sangat pucat dan kelelahan. Selagi aku berpikir, tiba-tiba Lady
Orchid menghampiriku.
“Ikut aku, aku akan
mengantarkanmu ke duniamu kembali. Ingat apa yang ku katakan, jangan ceritakan
hal ini pada siapapun. Walaupun tidak akan ada yang percaya, aku menghindari
resiko yang mungkin akan terjadi.” Ia lalu berjalan keluar dan aku
mengikutinya.
Sekarang aku berdiri di
tempat aku pertama kali melihat dunia ini, Lady Orchid menatapku lalu memejamkan
matanya. Tiba-tiba kabut datang menyelimuti sesuatu di depan pohon besar didepanku,
munculah seekor katak besar berpakaian gaun berwarna hijau lumut membawa
sebuah terompet berwarna emas.
“Lady Orchid,” ia membungkuk
memberikan salam.
“Ramosha, bawa gadis ini
kembali ke negerinya. Ingat, jangan sampai kembali terjadi kesalahan, atau kau
tau sendiri akibatnya,”
“Baik Lady,”
Saat aku memperhatikan katak
besar itu, aku tak menyadari Lady Orchid sudah tidak berada disebelahku. Lalu
Ramosha meniup terompet yang dipegangnya, aku merasa sangat mengantuk, sangat
lemah, dan saat aku membuka mata kembali aku sudah berada di taman Severy
menghadap danau Green. Aku merasa bahu sebelah kananku sangat berat, dan saat
aku menoleh, kepala Gio ada di atas bahuku, ia terlihat tidur sangat nyenyak.
Aku yang kaget segera menarik bahuku, dan kepalanya tak elak mendarat diatas
rumput.
“Aduh…” teriaknya refleks.
“Gio….”
“Adia, bisa pelan-pelan gak
sih. Aku tuh lagi tidur, dibanguninnya mesti pelan-pelan, kalau roh ku gak
kembali lagi ke tempatnya kan bisa gawat,” katanya mengoceh panjang lebar. Bukannya itu bagus.
“Ngapain kamu tiba-tiba
disebelahku?” kataku mengabaikan omelannya.
“Aku nyari kamu ke rumah, terus
kata Bunda kamu disini. Ya udah aku ikutin kesini, eh kamunya lagi tidur. Udah
itu aku ketularan ngantuk deh,”
Aku mencerna kata-katanya,
tidur? Apa iya? Aku pasti bermimpi, tidak aku tidak bermimpi, aku sungguh tau
itu nyata. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah melupakan hal itu. Aku lalu
berdiri dan berjalan menuju rumah, Gio mengikutiku dengan tampang bingung.
“Adia ada apa? Kamu
kelihatan aneh? Kamu gak sakit kan? Apa aku mau bawa ke dokter?”
“Aku baik-baik aja,” Cuma
butuh jawaban simpel dari semua pertanyaan Gio.
“Dia, aku minta maaf,”
Lalu aku berhenti mendadak,
Gio yang berada tepat dibelakangku menubrukku. Yah aneh kalau Gio minta maaf
tapi gak ngelakuin sesuatu atau aku yang masih belum nyadar apa yang dia
lakukan.
“Kamu ngelakuin apa lagi
kali ini?” kataku mengancam.
Ia lalu berlari, dan masuk
ke rumahnya.
“Gio….” Kataku berteriak
memanggilnya. Aku lalu segera berlari ke rumah dan menuju kamarku. Aku menatap
cermin yang memperlihatkan seluruh bagian tubuhku.
“Akhh GIOOOOO” diwajahku
penuh dengan coretan pena, gambar kumis jenggot, dan tulisan pelor dipipi kanan
dan kiriku.
“GIO!!!!!!!! AKU GAK BAKAL MAAFIN
KAMU,”
Sudah seminggu sejak
kejadian aku berada di Istana Florecia, aku memang tidak pernah mengingat
kejadian itu lagi tapi aku tak bisa melupakannya. Aku tidak pernah
lagi berada di taman Severy, sebenarnya aku takut tapi aku merindukan tempat yang
nyaman itu. Mungkin hari ini tidak ada salahnya kalau aku melihat-lihat taman Severy.
Setelah pulang sekolah aku
memutuskan untuk melihat-lihat taman Severy, tempat ini memang selalu membuatku
merasa nyaman, hari ini udaranya pun sejuk. Aku kembali duduk diatas rumput
tepat dibawah pohon. Tiba-tiba saja kabut
berwarna merah muda menyelimuti pemandangan didepanku, muncullah
seseorang di sana, semakin mendekat kearahku dan aku kenali sebagai Lady
Cherry.
Aku terperanjat kaget,
berdiri, dan mencoba menghindarinya.
“Tunggu Adia, jangan takut,”
Aku berhenti dan
memandanginya perlahan.
“Bantulah kami, Istana
Florecia membutuhkanmu.”
“Ada apa?” tanyaku dengan
gugup.
Ia mendekat dan memegang
tanganku, tangannya yang berbentuk daun terasa lembut menyentuh kulitku.
“Keadaan Lady Rose semakin
memburuk, kami takut terjadi sesuatu padanya. Lady Rose adalah pemimpin di Istana
Florecia, seluruh rakyat sekarang sedang bingung dan resah dengan penggantinya Lady
Rose. Kami berenam sudah pasti menjadi penggantinya tapi kami belum siap, kami
tidak mungkin bisa sebijaksana sang putri bijaksana, Lady Rose. Dan aku rasa rakyat mengetahui itu, mereka
takut akan terjadi perpecahan setelah Lady Rose tergantikan.”
“Apa yang terjadi dengan Lady
Rose?” tanyaku.
“Lady Rose terkena penyakit
Imunez, itu semacam penyakit penurunan daya kekebalan tubuh, kami tidak tahu
mengapa ini bisa terjadi, menurut sesepuh kami hanya satu hal yang bisa menyelamatkannya.
Ia harus meminum madu dari 2 sarang lebah yang berbeda, tapi kami tidak mungkin
bisa mendapatkannya. Istana lebah berada di seberang danau ini, namun kami
tidak berani menginjakkan kaki disana, karena madu kami dapat dicuri dan
menurunkan daya tubuh kami.”
“Terus apa yang harus aku
lakukan?” kataku iba mendengar penuturannya.
“Atas nama Istana Florencia,
kami memohon bantuanmu untuk mendapatkan madu tersebut,”
Aku tidak mungkin
menolaknya, namun aku tidak tahu resiko apa yang menungguku disana. Perlahan
aku mengangguk memantapkan diri.
“Datanglah saat matahari
terbit disini, aku akan menunggumu,”
“Baiklah Lady Cherry,”
“Terimakasih, aku harus
pergi sekarang,”
Tiba-tiba asap berwarna
merah muda muncul tepat dihadapanku dan Lady Cherry sudah tidak tampak lagi.
Sekarang aku hanya menunggu hari esok saat matahari terbit dan menunggu
petualangan apa yang aku hadapi besok.
Aku bangun jam 5 pagi lalu
bersiap-siap dengan jaket tebal karena hawa diluar sangat dingin, aku membawa
senter menuju taman Severy. Aku menunggu sampai matahari terbit dan asap merah
muda muncul saat matahari sudah mulai tampak dipenghujung penglihatanku.
“Pegang tanganku,”
Aku menuruti perintahnya dan
seketika kami sudah berada di Istana Florencia.
“Kami akan menggabungkan
kekuatan untuk merubahmu menjadi lebah, ini akan lebih aman,”
Keenam Lady mengayunkan
tangan mereka perlahan dan menunjuk kearahku, suatu cahaya mengenaiku dan
membuatku sedikit pusing, saat cahaya itu meredup aku membuka mata dan melihat
kelantai. Aku tidak memijak lantai itu, aku sedikit kaget, dan menoleh kebalik
punggung, sayap kecil terus saja mengepak-ngepak dipunggungku. Aku sedikit
terperanjat atas apa yang terjadi, aku seekor lebah.
“Pergilah ke arah utara,
diseberang danau yang kau temui disana terletak istana lebah, hentakkan kaki 3
kali saat kamu bertemu lebah yang lain. Ingat itu, karena jika kamu lupa, kamu
akan ketahuan. Kami tetap akan mengawasimu dari sini.” Kata Lady Cherry.
Aku sudah memantapkan hati
menolong mereka dan tidak bisa setengah-setengah lagi. Akupun terus terbang
menuju ke utara, aku sudah dapat melihat danau dan akan berada di istana lebah
sebentar lagi. Aku melihat beberapa lebah hilir mudik membawa senjata, aku
benar-benar takut akan ketahuan. Saat hampir dekat mereka memperhatikanku, aku
gugup dan hanya bisa berkata, “Hai,”
Oh aku hampir lupa, aku lalu
menghentakkan kakiku 3 kali. Mereka lalu mengangguk dan meneruskan perjalanannya.
Aku terus berjalan untuk menemukan sarang lebah. Aku melihat sebuah sarang
lebah yang besar dan banyak sekali lebah-lebah yang keluar masuk dari sarang
itu. Mereka membawa sebuah botol ditangannya, aku mencari-cari dimana aku bisa
mendapatkan botol itu. Lalu aku melihat sebuah botol yang tergeletak disebelah
rumput, aku segera mengambil dan membawanya masuk. Aku menghentakkan kakiku 3
kali setiap bertemu dengan lebah. Aku sudah mendapatkan madu dari sarang ini
dengan mudah. Aku lalu melanjutkan ke sarang madu yang terakhir, aku hanya
harus berjalan kearah barat.
Tiba-tiba seekor lebah
datang menghampiriku dengan penampilan yang eksentrik.
“Hai manis, sepertinya aku
tidak pernah melihatmu. Siapa namamu?”
Aku kembali pucat, apa yang
harus aku ucapkan kepada lebah itu.
“Ehmm..” hanya gumaman itu
yang aku keluarkan.
“Oh nama yang aneh, tapi
cantik seperti pemiliknya. Perkenalkan namaku Gorano, ehm aku ingin menikahimu,
bagaimana kau setuju? Aku adalah pemilik setengah madu di wilayah ini.”
Apa???? Aku menikah dengan lebah, wah ini benar-benar
sudah gila. Aku harus kabur. Tapi bagaimana dengan madu di sarang kedua? Aku
harus bisa mengelabui lebah gendut ini.
“Baiklah akan kupikirkan.
Tapi bisakah kau membantuku mendapatkan madu disarang itu? Aku benar-benar
menginginkannya.”
“Baiklah cantik, apapun akan
kuberikan untukmu,”
Ia lalu pergi dan aku hanya
menunggu disini, yah setidaknya aku tidak harus bersusah payah mengambilnya.
Ia lalu kembali dengan
sebotol madu ditangannya.
“Ini ambillah, pasti kau
akan menyukainya. Ini adalah madu terbaik dari semua sarang-sarang madu.”
Aku lalu mengambilnya, dan
segera berbalik berusaha terbang secepatnya.
“Hei tunggu, dasar penipu.”
Ia lalu mengejarku diikuti beberapa lebah yang lain. Aku kini ketakutan dan tak
berapa lama mereka mengepungku.
Kali ini tamat riwayatku,
aku tidak tahu mana yang lebih buruk akan dinikahkan bersama lebah gendut jelek
ini atau aku mendapatkan hukuman atas penyamaran yang kulakukan.
“Kau menipuku, tidak akan
pernah ku maafkan. Siapa nama keluargamu?” tanyanya dengan sangat marah. Aku
tak tau akan menjawab apa.
“Berhenti!” teriakan seseorang
dari arah samping membuyarkan ketakutanku, aku melihat seekor lebah yang sangat
tampan (mungkin aku sudah gila mengatakan ini) menghampiriku.
“Jangan ganggu dia, dia
adalah istriku. Apakah kau mau menikahi seseorang yang sudah bersuami, aku adalah
Halmit dari keluarga Forrentbee.”
Sekumpulan lebah yang tadi
hendak menangkapku perlahan mundur, dan pergi meninggalkan kami.
“Ayo cepat, kita tidak punya
banyak waktu. Kamu sudah mendapatkan madu tersebutkan bukan, wah pura-pura
menjadi keluarga kaya Forrentbee itu menyenangkan,”
Aku yang masih bingung
dengan keadaan ini hanya diam dan mengikuti dia yang menarik tanganku. Akhirnya
kami sampai di istana Florencia dan ditunggu oleh semua rakyat serta para putri
disana. Mereka bertepuk tangan melihat kedatangan kami. Aku sangat terharu
melihat besarnya rasa terimakasih mereka, aku lalu menyerahkan madu yang ku
dapat tadi.
“Kalian berdua benar-benar
menyelamatkan kami, terima kasih,” kata Lady Cherry sambil memelukku. Para
putri yang lainpun memeluk kami dan menuju kamar Lady Rose dan memberikan madu
tersebut pada Lady Rose. Tubuhnya yang lemah diatas tempat tidur membuatku
sedikit terenyuh, namun perlahan ia membuka matanya dan disambut tangisan
bahagia dari para putri.
Sekarang kondisi Lady Rose
sudah mulai membaik, ia sudah mampu berdiri. Ia mengucapkan terimakasih kepada
kami dan memberikan kami sebuah kalung yang memiliki bandul bertuliskan
Florencia.
“Jika kalian ingin
mengunjungi istana ini, kalung ini akan memberikan kekuatannya dan kalian dapat
berada disini kapanpun kalian mau. Kami dengan senang hati menerima kalian,”
“Aku punya satu permintaan?”
kataku.
“Apa yang kau inginkan?”
kata Lady Rose.
“Sebenarnya aku suka terbang tapi aku tidak berharap
menjadi lebah selamanya. Bisakah kalian mengembalikanku seperti semula?”
permintaanku disambut tawa semua orang, akupun ikut tertawa.
Lady Rose mengayunkan
tangannya kearahku dan lebah disampingku, saat aku membuka mata, aku sudah
berada di taman Severy. Saat aku menoleh kearah kanan, disampingku berdiri Gio
yang terlihat mengedip-ngedipkan matanya.
“Wah aku merasa pusing,”
ucapnya dengan pasrah.
Jadi yang tadi
menyelamatkanku itu Gio, aku harus menarik kata-kataku menyebutkan Gio lebah
yang ganteng, yang benar adalah dia lebah pengganggu yang sangat usil.
“Kok ngeliatin aku kayak
gitu, baru sadar ya aku ganteng. Tenang aja pangeran ganteng ini akan terus
menyelamatkanmu.” Katanya dengan senyumnya yang selalu membuatku kesal, namun
kali ini tidak. Aku sangat berterimakasih dia membantuku, yang aku bingungkan
sekarang, bagaimana ia bisa ada di istana Florencia dan membantuku. Ntahlah,
yang penting kami sudah berada di dunia nyata yang menyenangkan.
*****End*****
*****End*****
Comments
Post a Comment
silahkan memberikan komentar yang membangun sebagai ciri masyarakat Indonesia yang berbudi :)