Ladies of Flower

Aku berjalan santai setelah pulang sekolah, tiba-tiba aku mendengar suara motor yang mendekat dari arah belakang. Aku menoleh dan melihat sosok seorang cowok yang berharap tidak aku temui sekarang.
 “Adia, ayo aku anterin pulang!”
Aku hanya menaikkan satu alis mata dan menatap teman sekolahku yang bernama Gio ini dengan heran. 
“Kamu, kenapa? Kok ekspresi mukanya gitu?” Tanya Gio kembali.
Aku menggeleng-geleng kepala dan meneruskan berjalan, Gio yang kebingunganpun mengikutiku dengan mendorong motornya.
“Kenapa sih? Kamu marah sama aku gara-gara tadi di sekolah aku umpetin tas kamu. Maaf deh, aku bercanda,” katanya memohon, sedangkan ekspresiku hanya cuek dan terus berjalan. Hanya orang bodoh deh yang nggak marah liat kelakuan kamu Gio, kenapa sih kamu gak tobat-tobat ngusilin aku dan yang lebih parahnya lagi dia sahabatku.
“Ayo dong aku anterin pulang, please!
Lalu aku berhenti dan menatap tajam kearah Gio, Gio yang ditatap begitu masih bisa nyengir pasrah aja.
“Denger ya Gio, kamu gak perlu repot-repot nganterin aku,”
“Loh kenapa, Dia?”
Dengan tampang lesu aku menjawab, “Aku dah sampai di rumah, kamu gak liat di belakang ini Rumahku,”
Aduh salah apa aku ya Allah punya temen segila Gio, benar-benar butuh kesabaran extra buat ngadepin dia.
“Oh udah nyampe ya? Kok gak bilang sih ini rumah kamu?”
“Gak bilang? Kamu udah ke rumahku lebih dari 20 kali ya,”
“Ah kamu bercanda aja sih, hehehe udah ya aku pulang dulu, maaf gak mampir lain kali aja ya aku mampir,” katanya sambil menghidupkan mesin motornya.
Pertama, yang bercanda itu kamu, kedua, aku gak pernah nyuruh kamu mampir (jadi jangan geer), ketiga, ya emang kamu harus pulang, rumahmu kan cuma disebelah rumahku.
Aku masih menatap Gio yang mulai memasuki gerbang rumahnya, ia melambai-lambaikan tangan padaku dan tersenyum jahil.
Hari ini capek banget, tugas dari guru yang nggak kira-kira, ditambah kelakuan Gio yang tambah bikin aku kesal. Aku lalu pergi menuju dapur dan meneguk dua gelas air dingin dari kulkas. Lebih baik aku tidur siang dulu, dan menenangkan diri di Taman Severy.
Aku berjalan kurang lebih lima menit ke Taman Severy, aku sendiri yang menamai taman ini. Aku suka berada di Taman ini, banyak sekali bunga-bunga disini, apalagi danau Green, keren bukan namanya, aku suka sekali memberikan nama terhadap sesuatu yang aku sukai. 
Sekarang aku sudah sampai di Taman Severy, benar-benar tempat yang menentramkan. Semua bunga disini sedang bermekaran dengan indahnya seolah sedang mengadakan perlombaan ratu kecantikan. Aku duduk di bawah pohon besar yang sangat teduh di kelilingi bunga-bunga dan menghadap danau. Aku selalu merasa di dunia berbeda jika berada disini, aku bagaikan seorang Ratu pemilik istana indah yang tiada tandingannya. Tak seorang pun tahu, bahwa aku sangat hobi mengkhayal. Membayangkan diriku berada dalam suatu istana yang sangat megah dan gaun indah serta dayang-dayang yang selalu menuruti keinginanku.
Hmm.. bau apa ini, wangi sekali. Aku mencoba mengendus-endus darimana asal aroma wangi ini. Sungguh wanginya sangat menentramkan, aku lalu menutup mataku dan merasakan aroma yang seakan membelai tubuhku. Saat aku perlahan kembali membuka mataku, aku melihat pemandangan aneh, berdiri puluhan prajurit yang lengkap dengan senjatanya. Para prajurit itu berbentuk seperti rumput liar, namun mempunyai tangan dan kaki serta wajah dengan kedua mata, mulut, hidung, mereka juga memakai seragam berwarna hijau tua. Saat menyadari keadaanku yang terjebak,
“Akh……” teriakku dengan reflex. Seseorang maju dan mengayunkan tangan kanannya kearah atas dan bawah sebanyak 3 kali, lalu sesuatu bergerak dari dalam tanah dan mengunci kaki serta tanganku, akar-akar itu melilit kaki dan tanganku dengan erat.
“Siapa Kamu?” kata salah satu prajurit yang berada paling dekat denganku, dibahunya terdapat tanda bintang berjumlah 3 buah, aku rasa dia adalah komandan dari para prajurit karena yang lainnya tidak memiliki tanda seperti itu di seragam prajurit mereka.
“Kalian ini makhluk apa? Rumput bisa berbicara? Ini tidak mungkin aku pasti bermimpi, yah betul aku sedang mengkhayal. “Akhhhhh……” aku kembali berteriak karena aku benar-benar bingung melihat keadaanku saat ini.
“Prajurit, tutup mulutnya dan bawa ke istana!”
“Baik komandan,” lalu salah seorang prajurit itu maju dan menutup mulutku dengan daun panjang yang dililitkan. Aku mencoba meronta, ia lalu mengeluarkan sebuah botol kecil dan membukanya, aroma yang tajam langsung menusuk hidungku, dan membuatku mengantuk, sangat mengantuk, dan…
Aku tak tau apa yang terjadi setelah itu, namun saat aku sadar aku melihat jumlah prajurit yang lebih banyak mengelilingiku dengan sikap waspada. Aku menjadi semakin ketakutan berada disana.
“Putri-putri akan memasuki ruang ini,” terdengar teriakan dari arah samping, semua prajurit membentuk barisan yang memanjang kebelakang, aku mencoba duduk dan melihat keadaan sekitarku. Pintu gerbang yang besar itu tiba-tiba terbuka, aku kembali dikagetkan melihat makhluk-makhluk yang masuk ke ruangan ini, mereka.. mereka.. itu bunga, dengan menggunakan gaun yang sangat indah menurutku, rambut mereka yang berbentuk kelopak bunga memancarkan sesuatu kekuatan kebijaksanaan. Semua prajurit menunduk saat melihat kedatangan mereka.
Aku memandangi mereka dengan tatapan tak percaya, mimpi apa aku semalam sampai berada di tempat aneh seperti ini. Mereka duduk di sebuah kursi kebesaran istana, komandan prajurit itu maju dan mengatakan sesuatu kepada para putri.
“Siapa namamu?” Tanya seorang putri yang rambutnya berbentuk kelopak mawar.
“Mmm..nn….” kataku mencoba berbicara.
“Buka ikatan mulutnya,” kata komandan tersebut. Seseorang membukakan ikatan dimulutku.
“Akhhhh……” teriakku lagi.
“Serba salah,” kata komandan itu menggelengkan kepala dengan putus asa.
“Bisakah kau tenang?” Tanya salah seorang putri yang rambutnya berbentuk kelopak Melati.
Akupun mencoba menenagkan diriku yang benar-benar takut akan keadaan ini.
“Siapa namamu?” Tanya si Putri yang pertama.
“Aku Adia, sebenarnya kalian semua ini makhluk apa? Kenapa aku berada disini,” tanyaku yang ketakutan dan hampir menangis.
“Kamu pasti makhluk yang bernama manusia, ini adalah Istana Florecia. Aku Putri pertama, namaku Lady Rose, sedangkan di sebelahku ini Lady Orchid, Lady Jasmine, Lady Lily, Lady Lotus, dan yang paling kecil itu Lady Cherry.”
Lady Rose terlihat sangat menawan dan paling bijaksana, gaunnya berwarna merah dan berkilau dengan indah. Lady Orchid mengenakan gaun berwarna ungu, senada dengan kelopaknya, ia memandangku dengan tatapan datar dan tanpa ekspresi. Sedangkan Lady Jasmine mengenakan gaun berwarna putih, ia terlihat paling manis diantara yang lain. Sedangkan gaun yang dikenakan Lady Lily berwarna oren, berkilau-kilau menambah keindahan kelopaknya yang juga berwarna senada. Lady Lotus mengenakan gaun hijau dengan kelopak berwarna merah muda, terlihat lebih imut karena ia sedikit lebih gemuk dibandingkan dengan yang lain, dan yang terakhir Lady Cherry, gaun merah muda yang ia kenakan terlihat elegan dengan kelopaknya yang kecil namun sangat banyak, dan menjuntai sampai ke pinggangnya.
“Ku pikir saat Ramosha meniupkan Aroma Illusi, gadis ini sedang berada disekitar taman, dan tak sengaja menghirup aroma dan terbawa ke dunia kita.” Kata Lady Jasmine.
“Ya aku setuju, pasti itu yang terjadi,” jawab Lady Lotus.
Lady Orchid bangkit dari kursinya dan berjalan kearahku, tatapannya tajam menghujam mataku. Ia lalu memegang daguku, dan berujar,”Bisakah kau menutup mulutmu bahwa kau telah berada di tempat ini, kalau tidak kami terpaksa membunuhmu,”
Deg..deg…  jantungku serasa berhenti mendengar perkataannya. Aku tak bisa berbuat apa-apa, yang aku lakukan hanya mengangguk perlahan dengan muka pucat. 
“Sudahlah Orchid, jangan menakut-nakuti dia, aku rasa dia takkan pernah mengatakannya yah kalau dia mau dianggap gila, aku tidak menyalahkan.” Terdengar Lady Lotus menyahut dari tempat duduknya.
“Tenanglah, kita akan memutuskan apa yang akan kita lakukan kepada manusia dihadapan kita ini.” Kata Lady Rose.
Ia berdiri dan menuju kearahku, saat ia semakin dekat ikatan tanganku terbuka perlahan. Tiba-tiba saja tubuhnya ambruk didepan mataku, dengan reflex aku menangkapnya sebelum meyentuh lantai.
“ROSE!!” para Lady bangkit dan berlari menghampirinya. Prajuritpun segera mengelilingi Lady Rose, mereka semua panik dan terlihat sangat sedih.
Lady Rose segera diangkat dan dibawa melewati gerbang besar.
Aku mendengar sedikit bisikan dari para dayang-dayang yang terlihat panik, “Sepertinya Lady Rose sudah semakin parah, bagaimana ini dengan kelangsungan istana ini?”
“Iya, aku juga khawatir,”
Aku diam dan merasa kebingungan terhadap semua kejadian ini. Aku masih ingat menatap wajah Lady Rose yang kelihatan sangat pucat dan kelelahan. Selagi aku berpikir, tiba-tiba Lady Orchid menghampiriku. 
“Ikut aku, aku akan mengantarkanmu ke duniamu kembali. Ingat apa yang ku katakan, jangan ceritakan hal ini pada siapapun. Walaupun tidak akan ada yang percaya, aku menghindari resiko yang mungkin akan terjadi.” Ia lalu berjalan keluar dan aku mengikutinya.
Sekarang aku berdiri di tempat aku pertama kali melihat dunia ini, Lady Orchid menatapku lalu memejamkan matanya. Tiba-tiba kabut datang menyelimuti sesuatu di depan pohon besar didepanku, munculah seekor katak besar berpakaian gaun berwarna hijau lumut membawa sebuah terompet berwarna emas.
“Lady Orchid,” ia membungkuk memberikan salam.
“Ramosha, bawa gadis ini kembali ke negerinya. Ingat, jangan sampai kembali terjadi kesalahan, atau kau tau sendiri akibatnya,”
“Baik Lady,”
Saat aku memperhatikan katak besar itu, aku tak menyadari Lady Orchid sudah tidak berada disebelahku. Lalu Ramosha meniup terompet yang dipegangnya, aku merasa sangat mengantuk, sangat lemah, dan saat aku membuka mata kembali aku sudah berada di taman Severy menghadap danau Green. Aku merasa bahu sebelah kananku sangat berat, dan saat aku menoleh, kepala Gio ada di atas bahuku, ia terlihat tidur sangat nyenyak. Aku yang kaget segera menarik bahuku, dan kepalanya tak elak mendarat diatas rumput.
“Aduh…” teriaknya refleks.
“Gio….”
“Adia, bisa pelan-pelan gak sih. Aku tuh lagi tidur, dibanguninnya mesti pelan-pelan, kalau roh ku gak kembali lagi ke tempatnya kan bisa gawat,” katanya mengoceh panjang lebar. Bukannya itu bagus.
“Ngapain kamu tiba-tiba disebelahku?” kataku mengabaikan omelannya.
“Aku nyari kamu ke rumah, terus kata Bunda kamu disini. Ya udah aku ikutin kesini, eh kamunya lagi tidur. Udah itu aku ketularan ngantuk deh,”
Aku mencerna kata-katanya, tidur? Apa iya? Aku pasti bermimpi, tidak aku tidak bermimpi, aku sungguh tau itu nyata. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah melupakan hal itu. Aku lalu berdiri dan berjalan menuju rumah, Gio mengikutiku dengan tampang bingung.
“Adia ada apa? Kamu kelihatan aneh? Kamu gak sakit kan? Apa aku mau bawa ke dokter?”
“Aku baik-baik aja,” Cuma butuh jawaban simpel dari semua pertanyaan Gio.
“Dia, aku minta maaf,” 
Lalu aku berhenti mendadak, Gio yang berada tepat dibelakangku menubrukku. Yah aneh kalau Gio minta maaf tapi gak ngelakuin sesuatu atau aku yang masih belum nyadar apa yang dia lakukan. 

“Kamu ngelakuin apa lagi kali ini?” kataku mengancam.
Ia lalu berlari, dan masuk ke rumahnya.
“Gio….” Kataku berteriak memanggilnya. Aku lalu segera berlari ke rumah dan menuju kamarku. Aku menatap cermin yang memperlihatkan seluruh bagian tubuhku.
“Akhh GIOOOOO” diwajahku penuh dengan coretan pena, gambar kumis jenggot, dan tulisan pelor dipipi kanan dan kiriku.
“GIO!!!!!!!! AKU GAK BAKAL MAAFIN KAMU,”
Sudah seminggu sejak kejadian aku berada di Istana Florecia, aku memang tidak pernah mengingat kejadian itu lagi tapi aku tak bisa melupakannya. Aku tidak pernah lagi berada di taman Severy, sebenarnya aku takut tapi aku merindukan tempat yang nyaman itu. Mungkin hari ini tidak ada salahnya kalau aku melihat-lihat taman Severy.
Setelah pulang sekolah aku memutuskan untuk melihat-lihat taman Severy, tempat ini memang selalu membuatku merasa nyaman, hari ini udaranya pun sejuk. Aku kembali duduk diatas rumput tepat dibawah pohon. Tiba-tiba saja kabut  berwarna merah muda menyelimuti pemandangan didepanku, muncullah seseorang di sana, semakin mendekat kearahku dan aku kenali sebagai Lady Cherry.
Aku terperanjat kaget, berdiri, dan mencoba menghindarinya.
“Tunggu Adia, jangan takut,”
Aku berhenti dan memandanginya perlahan.
“Bantulah kami, Istana Florecia membutuhkanmu.”
“Ada apa?” tanyaku dengan gugup.
Ia mendekat dan memegang tanganku, tangannya yang berbentuk daun terasa lembut menyentuh kulitku.
“Keadaan Lady Rose semakin memburuk, kami takut terjadi sesuatu padanya. Lady Rose adalah pemimpin di Istana Florecia, seluruh rakyat sekarang sedang bingung dan resah dengan penggantinya Lady Rose. Kami berenam sudah pasti menjadi penggantinya tapi kami belum siap, kami tidak mungkin bisa sebijaksana sang putri bijaksana, Lady Rose. Dan aku rasa rakyat mengetahui itu, mereka takut akan terjadi perpecahan setelah Lady Rose tergantikan.”
“Apa yang terjadi dengan Lady Rose?” tanyaku.
“Lady Rose terkena penyakit Imunez, itu semacam penyakit penurunan daya kekebalan tubuh, kami tidak tahu mengapa ini bisa terjadi, menurut sesepuh kami hanya satu hal yang bisa menyelamatkannya. Ia harus meminum madu dari 2 sarang lebah yang berbeda, tapi kami tidak mungkin bisa mendapatkannya. Istana lebah berada di seberang danau ini, namun kami tidak berani menginjakkan kaki disana, karena madu kami dapat dicuri dan menurunkan daya tubuh kami.”
“Terus apa yang harus aku lakukan?” kataku iba mendengar penuturannya.
“Atas nama Istana Florencia, kami memohon bantuanmu untuk mendapatkan madu tersebut,”
Aku tidak mungkin menolaknya, namun aku tidak tahu resiko apa yang menungguku disana. Perlahan aku mengangguk memantapkan diri.
“Datanglah saat matahari terbit disini, aku akan menunggumu,”
“Baiklah Lady Cherry,”
“Terimakasih, aku harus pergi sekarang,”
Tiba-tiba asap berwarna merah muda muncul tepat dihadapanku dan Lady Cherry sudah tidak tampak lagi. Sekarang aku hanya menunggu hari esok saat matahari terbit dan menunggu petualangan apa yang aku hadapi besok.
Aku bangun jam 5 pagi lalu bersiap-siap dengan jaket tebal karena hawa diluar sangat dingin, aku membawa senter menuju taman Severy. Aku menunggu sampai matahari terbit dan asap merah muda muncul saat matahari sudah mulai tampak dipenghujung penglihatanku.
“Pegang tanganku,”
Aku menuruti perintahnya dan seketika kami sudah berada di Istana Florencia. 
“Kami akan menggabungkan kekuatan untuk merubahmu menjadi lebah, ini akan lebih aman,”
Keenam Lady mengayunkan tangan mereka perlahan dan menunjuk kearahku, suatu cahaya mengenaiku dan membuatku sedikit pusing, saat cahaya itu meredup aku membuka mata dan melihat kelantai. Aku tidak memijak lantai itu, aku sedikit kaget, dan menoleh kebalik punggung, sayap kecil terus saja mengepak-ngepak dipunggungku. Aku sedikit terperanjat atas apa yang terjadi, aku seekor lebah.
“Pergilah ke arah utara, diseberang danau yang kau temui disana terletak istana lebah, hentakkan kaki 3 kali saat kamu bertemu lebah yang lain. Ingat itu, karena jika kamu lupa, kamu akan ketahuan. Kami tetap akan mengawasimu dari sini.” Kata Lady Cherry.
Aku sudah memantapkan hati menolong mereka dan tidak bisa setengah-setengah lagi. Akupun terus terbang menuju ke utara, aku sudah dapat melihat danau dan akan berada di istana lebah sebentar lagi. Aku melihat beberapa lebah hilir mudik membawa senjata, aku benar-benar takut akan ketahuan. Saat hampir dekat mereka memperhatikanku, aku gugup dan hanya bisa berkata, “Hai,”
Oh aku hampir lupa, aku lalu menghentakkan kakiku 3 kali. Mereka lalu mengangguk dan meneruskan perjalanannya. Aku terus berjalan untuk menemukan sarang lebah. Aku melihat sebuah sarang lebah yang besar dan banyak sekali lebah-lebah yang keluar masuk dari sarang itu. Mereka membawa sebuah botol ditangannya, aku mencari-cari dimana aku bisa mendapatkan botol itu. Lalu aku melihat sebuah botol yang tergeletak disebelah rumput, aku segera mengambil dan membawanya masuk. Aku menghentakkan kakiku 3 kali setiap bertemu dengan lebah. Aku sudah mendapatkan madu dari sarang ini dengan mudah. Aku lalu melanjutkan ke sarang madu yang terakhir, aku hanya harus berjalan kearah barat.
Tiba-tiba seekor lebah datang menghampiriku dengan penampilan yang eksentrik.
“Hai manis, sepertinya aku tidak pernah melihatmu. Siapa namamu?”
Aku kembali pucat, apa yang harus aku ucapkan kepada lebah itu.
“Ehmm..” hanya gumaman itu yang aku keluarkan.
“Oh nama yang aneh, tapi cantik seperti pemiliknya. Perkenalkan namaku Gorano, ehm aku ingin menikahimu, bagaimana kau setuju? Aku adalah pemilik setengah madu di wilayah ini.”
Apa????  Aku menikah dengan lebah, wah ini benar-benar sudah gila. Aku harus kabur. Tapi bagaimana dengan madu di sarang kedua? Aku harus bisa mengelabui lebah gendut ini.
“Baiklah akan kupikirkan. Tapi bisakah kau membantuku mendapatkan madu disarang itu? Aku benar-benar menginginkannya.”
“Baiklah cantik, apapun akan kuberikan untukmu,”
Ia lalu pergi dan aku hanya menunggu disini, yah setidaknya aku tidak harus bersusah payah mengambilnya.
Ia lalu kembali dengan sebotol madu ditangannya.
“Ini ambillah, pasti kau akan menyukainya. Ini adalah madu terbaik dari semua sarang-sarang madu.”
Aku lalu mengambilnya, dan segera berbalik berusaha terbang secepatnya.
“Hei tunggu, dasar penipu.” Ia lalu mengejarku diikuti beberapa lebah yang lain. Aku kini ketakutan dan tak berapa lama mereka mengepungku.
Kali ini tamat riwayatku, aku tidak tahu mana yang lebih buruk akan dinikahkan bersama lebah gendut jelek ini atau aku mendapatkan hukuman atas penyamaran yang kulakukan.
“Kau menipuku, tidak akan pernah ku maafkan. Siapa nama keluargamu?” tanyanya dengan sangat marah. Aku tak tau akan menjawab apa.
“Berhenti!” teriakan seseorang dari arah samping membuyarkan ketakutanku, aku melihat seekor lebah yang sangat tampan (mungkin aku sudah gila mengatakan ini) menghampiriku.  
“Jangan ganggu dia, dia adalah istriku. Apakah kau mau menikahi seseorang yang sudah bersuami, aku adalah Halmit dari keluarga Forrentbee.”
Sekumpulan lebah yang tadi hendak menangkapku perlahan mundur, dan pergi meninggalkan kami.
“Ayo cepat, kita tidak punya banyak waktu. Kamu sudah mendapatkan madu tersebutkan bukan, wah pura-pura menjadi keluarga kaya Forrentbee itu menyenangkan,”
Aku yang masih bingung dengan keadaan ini hanya diam dan mengikuti dia yang menarik tanganku. Akhirnya kami sampai di istana Florencia dan ditunggu oleh semua rakyat serta para putri disana. Mereka bertepuk tangan melihat kedatangan kami. Aku sangat terharu melihat besarnya rasa terimakasih mereka, aku lalu menyerahkan madu yang ku dapat tadi. 
“Kalian berdua benar-benar menyelamatkan kami, terima kasih,” kata Lady Cherry sambil memelukku. Para putri yang lainpun memeluk kami dan menuju kamar Lady Rose dan memberikan madu tersebut pada Lady Rose. Tubuhnya yang lemah diatas tempat tidur membuatku sedikit terenyuh, namun perlahan ia membuka matanya dan disambut tangisan bahagia dari para putri.
Sekarang kondisi Lady Rose sudah mulai membaik, ia sudah mampu berdiri. Ia mengucapkan terimakasih kepada kami dan memberikan kami sebuah kalung yang memiliki bandul bertuliskan Florencia.
“Jika kalian ingin mengunjungi istana ini, kalung ini akan memberikan kekuatannya dan kalian dapat berada disini kapanpun kalian mau. Kami dengan senang hati menerima kalian,”
“Aku punya satu permintaan?” kataku.
“Apa yang kau inginkan?” kata Lady Rose.
“Sebenarnya  aku suka terbang tapi aku tidak berharap menjadi lebah selamanya. Bisakah kalian mengembalikanku seperti semula?” permintaanku disambut tawa semua orang, akupun ikut tertawa.
Lady Rose mengayunkan tangannya kearahku dan lebah disampingku, saat aku membuka mata, aku sudah berada di taman Severy. Saat aku menoleh kearah kanan, disampingku berdiri Gio yang terlihat mengedip-ngedipkan matanya.
“Wah aku merasa pusing,” ucapnya dengan pasrah.
Jadi yang tadi menyelamatkanku itu Gio, aku harus menarik kata-kataku menyebutkan Gio lebah yang ganteng, yang benar adalah dia lebah pengganggu yang sangat usil.
“Kok ngeliatin aku kayak gitu, baru sadar ya aku ganteng. Tenang aja pangeran ganteng ini akan terus menyelamatkanmu.” Katanya dengan senyumnya yang selalu membuatku kesal, namun kali ini tidak. Aku sangat berterimakasih dia membantuku, yang aku bingungkan sekarang, bagaimana ia bisa ada di istana Florencia dan membantuku. Ntahlah, yang penting kami sudah berada di dunia nyata yang menyenangkan.

                                               *****End*****

Comments

Popular posts from this blog

Fungsi Google Images untuk Mencari Sumber Gambar atau Foto

Bahasa persia, persian language Part 2

Review Running Man episode 384