Pengalaman ke IRAN


     Sebenarnya ini postingan lama yang diperbaharui lagi. Maklum setelah sekian lama vakum, akhirnya dapat niat buat nulis blog lagi dan alhasil setelah melihat blog sendiri, bikin nyengir kuda. Soalnya rata-rata isi blognya pakai bahasa inggris, dimana pada tahun 2012 saya ikut-ikutan bikin blog dan pada saat itu bahasa inggris saya masih level yang bikin kodok ngakak alias berantakan banget. Aduh malu banget ya, tapi gak papa namanya juga belajar. Jadi saya memutuskan memperbaharuinya dengan bahasa Indonesia.

     Langsung aja ya sesuai judulnya yaitu pengalaman ke Iran. Siapa yang ke Iran? Ya saya dong. Kok bisa?  Saya gak ngerti juga, boleh dibilang itu keberuntungan terbesar saya sampai saat ini. Baiklah saya mulai ya ceritanya. Dulu waktu masih kuliah di salah satu Universitas swasta di Jogja, sekitar  akhir tahun 2011, saya menemukan sebuah poster bahwa ada kursus bahasa Iran di Iranian Corners di Kampus. Letak tempat kursusnya di gedung yang sama dengan jurusan saya. Tapi alasan utamanya sih karena tagline nya yang besar "Gratis Beasiswa ke Iran". Dulu cuma kepikiran mana tahu bisa ke luar negeri, padahal gimana negara Iran benar-benar gak ada bayangan, cuma sekali-sekali dengar di berita. Ceritanya saya tertarik banget belajar bahasa asing, tapi sama sekali gak punya gambaran mengenai bahasa Persia atau bahasa Iran. Apalagi saya gak punya dasar bahasa arab, jadi selama kursus rada-rada lemot. Jurusan yang saya ambil gak ada hubungannya dengan bahasa asing atau yah yang sedikit nyambung (gak sama sekali pokoknya).

     Jadi awal-awal kursus pada ramai yang ikut, mungkin sekitar 30 orang dari berbagai jurusan dan gak hanya dari mahasiswa kampus saya. Pengajarnya sendiri asli dari Iran yang sedang  melanjutkan studi di Jogja. Terus seiring waktu berjalan pesertanya menurun drastis hingga akhirnya sampai ke 3 orang yang bertahan sampai akhir. Satu cowok, dan dua orang cewek termasuk saya, yang nantinya cewek yang satu ini jadi my bestfriend, and like a sister to me. Terus udah sampai hari terakhir kursus, guru yang ngajarin kita bilang kalau mungkin tahun ini tidak ada yang diberangkatkan ke Iran karena dari kedutaan Iran memberikan informasi bahwa keberangkatan diubah menjadi 2 tahun sekali yang mana baru tahun sebelumnya sudah ada yang berangkat (pada saat itu tahun 2012 saya sudah menyelesaikan level 1 kursus bahasa persia). Yah jadi baper, sedih, tapi gak papa deh yang penting dapat ilmunya, mungkin dulu niatnya cuma pengen beasiswa ke sana jadi gagal deh.

    Setelah itu saya sibuk kuliah, dan menyelesaikan semesteran. Saya pun pulang ke kampung halaman di Batam karena libur panjang kuliah. Jadi suatu hari saya dapat telpon dari salah satu staff kedutaan Iran di Jakarta, terus bertanya apakah saya memiliki paspor. Saya tentunya kaget ditanya begitu, pendek cerita saya buru-buru nyiapin paspor dan disuruh berangkat ke Iran beberapa minggu lagi. Saya terpilih menjadi satu dari 6 peserta yang mendapatkan beasiswa musim panas di Iran selama sebulan.  Pesertanya dari berbagai kota di Indonesia, yaitu 1 orang dari Makasar, 3 orang dari Jogja, dan 2 orang dari Jakarta. Tanpa pendampingan dari kedutaan, kami ber-6 berangkat dari Jakarta menuju Iran tapi transit dulu di Doha, Qatar. Salah satu perwakilan dari Jogja adalah teman satu kursus di kampus, terus saya sama sekali tidak mengenal peserta lainnya. Kita semua orang asing yang akan menghabiskan kurang lebih satu bulan tinggal bersama-sama di negara asing (hihi).



    Walaupun tanpa pendampingan dari Jakarta, tapi saat di Bandara Teheran sudah ada yang menjemput. Saya lupa tepatnya berapa lama di pesawat, mungkin sekitar 12-13 jam, dimana saya hanya tidur dan bangun saat makan tapi capeknya minta ampun walaupun hanya duduk, dan badan pegal-pegal semua, serta tampang yang kucel banget. Akhirnya kami sampai di Teheran, sudah di jemput dengan dua buah taksi dan dua wanita yang akan menjadi guru bahasa persia kami selama di Iran. Ternyata saat sampai Teheran belumlah akhir dari perjalanan kami, kami harus naik taksi sekitar 5 jam menuju sebuah kota bernama Isfahan. Saat duduk di dalam taksi, memang benar-benar rasanya sudah tidak bertulang, gak sanggup banget mau duduk lagi, tapi gak bisa duduk dengan nyaman karena tempat duduknya sedikit sempit.

    Begitulah sesampainya di Isfahan kami ditempatkan disebuah apartemen yang cukup luas, diberikan fasilitas internet, makanan, buah-buahan, dan penjemputan dari apartemen ke kampus. Setiap hari kami pergi ke kampus dari jam 8 malam sampai jam 2 siang, setelah itu kami bisa istirahat beberapa jam dan diajak menikmati keindahan kota Isfahan dengan berkunjung ke berbagai tempat.

   Sejujurnya waktu itu adalah pertama kali saya pergi ke luar negeri sehingga saya kurang menikmatinya, diantaranya karena alasan kurang cocok dengan makanan disana, udara yang sangat panas (musim panas), dan banyaknya kegiatan yang membuat kelelahan. Tapi jauh dari itu semua pengalaman saya ke Iran benar-benar pengalaman yang luar biasa sejauh ini. Saat itu pemberitaan mengenai Iran yang di embargo oleh Amerika mungkin membuat saya berpikir Iran bukan negara yang aman. Tapi saat saya sendiri menjalaninya dengan mata kepala saya sendiri, dan berinteraksi dengan penduduk aslinya, benar-benar di luar bayangan.

   Isfahan sendiri mungkin bisa di bilang mirip seperti kota Solo, bukan kota yang hiruk pikuk dan cenderung tenang. Kami belajar di salah satu kampus disana saat libur musim panas sehingga Mahasiswa disana sedang libur kuliah. Kami diajak berkunjung ke tempat-tempat yang menakjubkan, diundang ke berbagai acara, dan menjadi tamu kehormatan. Padahal kalau dipikir-pikir di Indonesia kami bukan siapa-siapa, hanya seorang pelajar biasa. Keramahan mereka dalam menyambut kami benar-benar sangat menyentuh, setiap kami berjalan pasti banyak yang melirik, mungkin karena gaya busana kami yang berbeda dan cenderung memakai pakaian yang berwarna-warni. Masyarakat Isfahan sendiri kebanyakan mengenakan burka seperti di Saudi, pakaian serba hitam atau yang berwarna gelap. Pokoknya saat di Iran kami seperti orang bule hehehe...

    Budaya piknik di Iran merupakan salah satu hal yang sangat saya nikmati. Kami bersama-sama membawa perlengkapan piknik, dan makan di ruang terbuka seperti sebuah taman atau halaman sebuah gedung. Budaya piknik merupakan kegiatan yang sering dilakukan, apalagi pada saat itu bulan puasa, jadi kami bersama-sama menikmati hidangan berbuka setelah puasa sekitar 17 jam (anda bisa membayangkan). Karena saya seorang wanita tentunya saya memperhatikan orang-orang disekitar saya, dan ternyata orang Iran itu ganteng-ganteng loh. Jangankan yang ketemunya di tempat umum, saat di tengah jalan aja kita bisa menemukan orang ganteng (maaf, efek wanita biasa hihi).

  Selama 26 hari kami menghabiskan waktu di Isfahan dan berangkat menuju Teheran. Disana kami menikmati  kota Teheran yang jauh berbeda seperti kota Isfahan. Teheran yang merupakan ibukota Iran, lebih hiruk pikuk, gaya busana orang-orangnya lebih berwarna dan bervariasi. Walaupun waktu yang singkat di Teheran, tapi saya sangat menikmati keindahan kotanya.

   Kesimpulannya, pengalaman saya di Iran benar-benar luar biasa, dan tak akan pernah terlupakan. Hingga hari ini saya masih merindukan kota-kota disana dan orang-orang yang sangat baik menjaga dan mengajak kami menikmati keindahan Iran. Kalian semua harus berkunjung ke Iran, jika ingin pegalaman yang unik dan menyenangkan

Sekian postingan saya kali ini, mungkin lain kali ada beberapa cerita mengenai Iran yang akan saya share, see you @nextpost....

Comments

Popular posts from this blog

Fungsi Google Images untuk Mencari Sumber Gambar atau Foto

Bahasa persia, persian language Part 2

Review Running Man episode 384